
Garudaxpose.com | Probolinggo – Jauh dari riuh kesibukan kota, ratusan anak-anak dan lansia pelosok desa semangat belajar multimedia. Paling tidak, ketika jemari mereka menari satu-satu di atas tombol keyboard, memberikan energi positif dan harapan hidup layak.
Bagi mereka jauh di kota, komputer mungkin terdengar sudah biasa dan jadi mainan sehari-hari. Tapi disini, di Pelosok Pohsangit Tengah, Wonomerto, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, komputer dan laptop masih menjadi perangkat istimewa. Selain buku-buku bacaan tempat mereka mengintip dunia. – Amir Hamzah –
Rumah sederhana pasutri Amir Hamzah dan Noor Lia Khan di Desa Pohsangit Tengah tak jauh beda dengan rumah kanan kirinya.
Satu-satunya pembeda hanyalah banner bertuliskan “Rumah Baca Cahaya Probolinggo”. Serta grafiti di tembok rumah ber cat dasar warna putih itu.
Suasana ketika pagi hari pun menyajikan ketenangan dan suasana khas pelosok desa.
Beranjak sore selepas ashar, anak-anak berdatangan. Dengan wajah antusias dan semangat tinggi, mereka memenuhi rumah dan area di halaman sekitarnya.
“Biasanya ya diisi permainan tradisional dahulu, tidak semuanya. Beberapa ada yang langsung tenggelam di halaman-halaman buku yang ada, entah itu buku cerita atau buku pelajaran koleksi kami,” tutur Amir Hamzah, membuka cerita latar belakang Rumah Baca Cahaya.
Sumber literasi seperti buku, menjadi primadona di desa ini. Dengan kemajuan teknologi saat ini, literasi tak hanya melalui buku yang semakin langka didapat.
Terlebih lagi, semua koleksi buku cetak yang memenuhi rak baca RB Cahaya, swadaya dari peluh Cak Amir – sapaan akrab Amir Hamzah.
Serta bantuan dari dermawan yang kenal dan peduli literasi anak-anak, terutama di pelosok desa.
Sumber Literasi Digital
RB Cahaya sudah ada sejak 2019 silam, ketika itu Cak Amir masih bujang dan baru lulus menempuh pendidikan Sarjana di Unesa, Surabaya.
Untuk menambah pengetahuan anak-anak dan emak-emak di RB Cahaya, Cak Amir merelakan laptop miliknya untuk menjadi sumber literasi digital.
Total ada 175 anak-anak dan orang tua yang menjadi anggota RB Cahaya. Mereka menjadikan tempat itu untuk mengintip ilmu baru setiap hari yang tidak diajarkan sekolah.
Melalui buku, dan literasi digital dari dua unit laptop Cak Amir.
“Jadi setiap malam, ada sekitar 10 sampai 15 anak, kadang didampingi orang tuanya juga, belajar komputer itu bergantian,” ujarnya.
Mulanya satu laptop saja, begitu ada rezeki, Cak Amir menambah satu lagi laptop bekas.
Banyak yang dilakukan dengan dua laptop jadul itu. Mulai dari berlatih mengetik, atau berselancar mencari informasi menggunakan sambungan internet.
Anak-anak pun antusias, karena mereka berkesempatan belajar multimedia, secara gratis.
Dengan segala keterbatasan yang ada, tak seperti anak di kota yang dengan mudahnya mengakses laptop, PC, tablet atau smartphone.
Disini, di Rumah Baca Cahaya, buku, literasi digital dan perangkat laptop tua menjadi juru selamat anak-anak desa.
“Si kecil Rahma pernah mendatangi saya dengan gembira luar biasa, dia juara lomba mengetik di sekolahnya,” kenangnya.
Lepas dari prestasi tersebut, anak-anak pelosok desa tetap bisa mengejar ketertinggalan mereka mengenyam pengetahuan digital.
Pelan tapi pasti, kehadiran RB Cahaya menjadi mercusuar, bagi anak-anak desa. Agar tidak tersesat dan tertinggal jauh dari perkembangan zaman saat ini.
Laptop Rusak Total!
Maret 2024, menjadi tahun terberat bagi Cak Amir dan anak-anak di RB Cahaya. Dua unit laptop yang mereka andalkan, rusak sepenuhnya.
Setiap malam Cak Amir harus meyakinkan anak-anaknya, esok akan belajar multimedia lagi, menggunakan perangkat yang sama.
Namun rupanya, sampai saat ini, atau setahun berselang, laptop mereka tak kunjung bisa digunakan.
“Segala cara kami lakukan, mulai dari lomba perpustakaan, sampai mengajukan bantuan pada tokoh masyarakat, pejabat dan anggota DPRD, tapi sampai saat ini nihil,” sebutnya.
Wajah-wajah murung dan kecewa tak bisa lagi belajar multimedia selalu menghantui tidur Amir.
Open Donasi Satu-satunya Harapan!
Setahun berlalu, atau Oktober 2025 ini, Cak Amir nekat buka jalur donasi. Butuh setidaknya Rp10 Juta untuk membeli komputer dengan spek standar.
Jumlah tersebut, sudah termasuk perangkat pendukung lainnya. Seperti kabel dan perangkat seperti stavolt.
Sejauh ini, donasi yang terkumpul baru 10 persennya saja, sekitar Rp1,4 juta.
Sebagai ujung tombak literasi anak-anak pelosok desa, RB Cahaya kini mengetuk hati para dermawan.
Agar bisa mencapai jumlah yang diperlukan, donasi bisa disalurkan melalui Bank Jatim di rekening 0126784112 atau melalui Gopay dan Dana di nomor 082144076913, semuanya atas nama Muhammad Amir Hamzah.
(Prasojo)